top of page

BYOD (Bring Your Own Device) - Ketika Dokter Pantau Pasien dari Smartphone Pribadi

Diperbarui: 1 Agu 2022

Gadget sudah menjadi bagian dari kehidupan semua orang di dunia. Hampir setiap orang pasti memiliki gadget pribadi berupa smartphone, tablet, atau laptop. Masyarakat sudah terbiasa menggunakan perangkat ini dalam setiap aktivitasnya sehari-hari, baik untuk keperluan pribadi atau pekerjaan. Konsumsi ini menggerakan sebuah pendekatan yang mulai diperhatikan oleh berbagai jenis industri, yaitu konsep BYOD atau Bring Your Own Device.


Banyak perusahaan yang sudah mulai mempersilahkan karyawannya untuk menggunakan gadget pribadi untuk keperluan profesional. Bagi karyawan sendiri, pendekatan BYOD memberikan ksempatan untuk bekerja dengan lebih fleksibel. Sedangkan bagi perusahaan, pendekatan BYOD mengoptimasi sumber daya teknologi sehingga menghasilkan proses pekerjaan yang lebih produktif. Berikut adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Dell terkait pendekatan BYOD di berbagai jenis industri. Ditemukan bahwa terdapat peningkatan produktivitas sebesar 74% dalam pekerjaan profesional ketika mengaplikasikan pendekatan BYOD di berbagai industri.


Dampak Positif ketika Perusahaan Aplikasikan BYOD

Bagaimana dengan industri kesehatan? Apakah komunikasi antar tenaga medis menggunakan gadget pribadi pernah dilakukan? Apakah dokter boleh berkomunikasi dengan sesama dokter ketika membahas kondisi pasien? Serta apakah mengirimkan rekam medis secara online menggunakan gadget pribadi merupakan hal yang aman? Berbagai pertanyaan besar harus diantisipasi oleh para pelaku di industri kesehatan. Dengan teknik yang tepat, industri kesehatan dapat memanfaatkan konsep BYOD dengan optimal tanpa harus mengorbankan kendali atas teknologi.


Alasan BYOD Perlu Dijalankan di Rumah Sakit

Pendekatan BYOD di rumah sakit merujuk pada penerapan penggunaan gadget pribadi tenaga medis di dalam praktik kesehatan. Dengan meningkatnya rasa nyaman tenaga medis dengan gadget pribadi, BYOD dapat memfasilitasi transformasi dari berkas dokumen konvensional menuju data rekam medis digital. Ini semua dikejar dengan selalu mempertahankan komunikasi yang terintegrasi antara pasien dengan dokter.


Sebelum munculnya pendekatan BYOD, rumah sakit dituntut untuk menyediakan sekian banyak gadget bagi tenaga medis untuk bisa berkomunikasi, yang ternyata menimbulkan beberapa tantangan tersendiri. Beberapa contoh tantangan yang muncul seperti biaya distribusi gadget kepada seluruh karyawan, keamanan dari penggunaan sebuah gadget oleh beberapa karyawan, kesulitan untuk mengakses data pasien di luar rumah sakit, dan lain-lain. Ini yang memperkuat alasan kenapa rumah sakit perlu lebih dalam memahami BYOD.


Dengan pendekatan BYOD, maka informasi kesehatan dapat diterima secara langsung dan mendorong dilakukannya penanganan pasien dengan lebih cepat. Beberapa dampak positif yang dirasakan rumah sakit dengan mengimplementasikan BYOD adalah optimalisasi sistem EHR (Electronic Health Records), PHR (Personal Health Records), alat monitor kesehatan jarak jauh (Telehealth), aplikasi kesehatan via telepon genggam (mHealth), dan lain-lain.


Ada banyak manfaat lain yang ditawarkan oleh BYOD bagi industri kesehatan. Semua manfaat tersebut bermuara ke satu manfaat terpenting yaitu “kenyamanan” saat berkomunikasi. Tenaga medis tidak perlu lagi harus menggunakan beberapa gadget secara bergantian. Sebaliknya, semua bisa terintegrasi dalam satu gadget saja. Ini akan meningkatkan tingkat keseriusan tenaga medis dalam bekerja.


Selain menghemat pemakaian gadget, hal ini juga meringankan ketergantungan terhadap gadget milik rumah sakit. Tenaga medis bisa secara langsung menggunakan gadget pribadi dan tidak perlu membiasakan diri lagi dengan gadget baru. Hal ini tentu akan lebih efektif dan hemat waktu.


Konsep BYOD juga membuat tenaga medis dapat terhubung selama 24 jam. Karena harus selalu siaga dan mendapatkan informasi yang akurat secara langsung, tenaga medis harus segera mengambil tindakan yang lebih cepat. Pada akhirnya, hal ini juga berdampak pada meningkatnya kualitas layanan tenaga medis terhadap pasien.


Pihak rumah sakit juga mendapatkan manfaat lebih dengan diterapkannya BYOD. Rumah sakit dapat mengurangi biaya infrastruktur yang diperlukan setelah mempersilahkan para tenaga medisnya menggunakan gadget sendiri. Selain itu, karena kebanyakan orang akan mengganti smartphones dengan model terbaru atau yang lebih baik, maka pihak rumah sakit tidak akan perlu mengeluarkan biaya untuk pembaruan gadget.


Tantangan Penerapan BYOD di Industri Kesehatan

Terlepas dari semua manfaat yang sudah disebutkan di atas, bukan berarti penerapan BYOD tanpa tantangan tersendiri. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan agar rumah sakit dapat membuat kebijakan yang tepat demi mengatasi tantangan tersebut. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diantisipasi oleh pelaku industri kesehatan agar merealisasikan pendekatan BYOD yang terbaik di rumah sakit.


1. Keamanan Data Pasien

Tantangan pertama dan terpenting, masalah keamanan data pasien. Dengan BYOD, informasi riwayat medis pasien akan rentan oleh kriminal siber. Contoh data pasien yang rentan dicuri seperti kondisi kesehatan saat ini, obat-obatan, perawatan yang diterima, data uji laboratorium, serta gambar radiologi. Tenaga medis perlu mengakses data ini sesering mungkin untuk memastikan perawatan yang diberikan berjalan lancar. Sayangnya, ini mempersilahkan kejadian pencurian data pasien.


2. Penyalahgunaan Fasilitas Jaringan

BYOD dapat membebani fasilitas jaringan dengan sangat berat. Setiap gadget harus memiliki akses internet yang kuat untuk mengakses data pasien dan berkomunikasi antara sesama tenaga medis. Sekian banyak gadget yang menggunakan jaringan wireless akan sangat membebani jaringan di rumah sakit. Di saat yang sama, jaringan di rumah sakit rentan mendapatkan serangan dari aplikasi pihak ketiga di dalam gadget karyawan rumah sakit.


3. Konsekuensi Hukum

Semua data sensitif pasien yang tersimpan di dalam gadget tenaga medis sangat rentan disalahgunakan jika gadget tersebut hilang atau bahkan sampai dicuri. Jika hal ini terjadi, rumah sakit akan dihadapkan dengan konsekuensi hukum karena melanggar kerahasiaan pasien.


4. Tambahan Pekerjaan untuk Tim IT

Menggunakan sebuah aplikasi pada sejumlah gadget tenaga medis bisa merepotkan tim IT. Pasalnya, aplikasi tersebut harus disesuaikan dengan berbagai jenis gadget milik tenaga medis. Aplikasi ini pun harus diluncurkan secara langsung dari tim IT rumah sakit, bukan dari masing-masing gadget.


5. Pengurangan Produktivitas Tenaga Medis

Ternyata pendekatan BYOD bisa mengurangi kinerja para karyawan rumah sakit, jika dijalankan dengan tidak hati-hati. Bahkan dokter terbaik pun bisa terganggu ketika bekerja di gadget pribadi yang selalu memunculkan notifikasi dari aplikasi lain, seperti Facebook, Instagram, atau Whatsapp untuk keperluan diluar pekerjaan medis.


Di industri kesehatan, pendekatan BYOD akan membawa rumah sakit menjadi fasilitas yang lebih produktif, lebih unggul, patuh akan prosedur, dengan komunikasi internal yang otomatis, dan pastinya meminimasi biaya. Dengan mempertimbangkan jenis data yang disebarluaskan, pelatihan terkait BYOD, dan pemahaman terkait risiko kerahasiaan pasien, maka ahli di industri kesehatan bisa menjalankan implementasi BYOD yang sukses sesuai peraturan rumah sakit dan aman bagi pasien.


Terlebih dari itu, pendekatan BYOD di rumah sakit akan meningkatkan pengalaman dokter dan pasien secara lebih baik. Pasien dapat membawa gadget nya sendiri, yang akan menghilangkan kebutuhan atas terlalu banyak peralatan medis. Komunikasi dengan dokter juga bisa dilakukan dengan langsung dan menghasilkan data yang akurat untuk pengambilan keputusan medis yang terbaik.

173 tampilan
bottom of page